Republik sedang galau. Persis ABG. Pejabatnya suka meracau, rakyatnya suka melow-melow. Goyang dombret rame-rame. Asal asoi.
Korbannya anak-anak sekolah. Mereka dicekoki dengan ritual takhayul bernama UN (ujian nasional). Mengapa takhayul?
Ujian adalah tahapan biasa, sangat biasa, dalam suatu proses pembelajaran. Entah sekolah, lebih-lebih hidup, ujian itu satu paket dengan pembelajaran. Dan banyak sekali ujian di kehidupan ini: termasuk ujian SIM.
Lucunya, ujian di dunia pendidikan formallah yang paling heboh. Seolah-olah pendidikan formal itu instrumen paling yahud dalam penentuan keberhasilan seseorang-sebangsaan. Selain ujian nasional, ujian sertifikasi guru juga tak kurang ributnya.
Sebagai sebuah ritual takhayul, UN ditempatkan layaknya pohon beringin yang keramat. UN harus disembah supaya penyembahnya tidak kesurupan. Kemenyan-dupa disulut supaya aroma mistis merebak. Lampu petromaks diredupnya supaya kesan singup didapatkan. Sajen kembang tujuh rupa berupa soal-soal yang disegel pun dijaga punggawa nagari bersenjatakan bedil.