Blog

Kena Deh

990904 Ospek dan Pengkhianatan ReformasiGeli sendiri. Dulu antipati, sekarang jadi penyelenggara.

Ogah tunduk, saya tak ikut Opspek. Atribut aneh-aneh yang dipersyaratkan waktu itu penyebab awalnya. Perlawanan saya bukan perlawanan ideologis semula. Hanya perkara hitung-hitungan yang tidak ketemu nalar.

Tugas hari pertama sejatinya sudah mau saya bikin bareng beberapa teman. Seorang teman perempuan telah terlebih dulu belanja kebutuhan yang dipersyaratkan. Ribet bikinnya. Tak jelas apa tujuannya. Dan, yang mencengangkan saya waktu itu, jika pengeluaran hari pertama dikalikan empat sesuai dengan jadwal opspek, secara keseluruhan saya harus mengeluarkan uang senilai separo rupiah untuk membayar SPP satu semester. Blaik.

Celana Dalam

Bercelana dalam, kami diminta lari ke lapangan. Nyawa belum terkumpul di subuh yang masih gulita. Tidur baru saja pulas di atas lembaran koran di kelas yang tak berpintu tak berjendela. Dingin tak terkatakan untuk kami yang biasa berkemul selimut di kamar yang tertutup rapat.

Di lapangan, kami disuruh bergulung-gulung di atas rumput yang sedang deras diguyur embun. Tubuh kami lengket oleh rumput yang terlindas. Gelap. Tak saling kami lihat empunya kawan. Milik sendiri saja tak tampak.

Belum tuntas tubuh ini menggigil, satu per satu kami dipanggil maju. Segayung air diguyurkan di kepala kami. Selangkah ke kanan sehelai kain merah dan putih dijulurkan ke wajah kami. Kami pun mencium bendera kebangsaan itu dengan syahdu.

Incoming search terms:

  • kolese de britto di mata saya

Menulis untuk Siapa?

 

Saat ini saya sedang selesaikan buku 7 Steps of Writing Coaching. Saya menulisnya di sela-sela libur Lebaran, mengunjungi saudara dan tetangga untuk memohon maaf dan meminta sangu (hehehe), dan menikmati emping di dalam kaleng biskuit (hehehe lagi…)

Terketuk jawilan Coach Tjia Irawan di FB Indonesia Service & Sales Excellence Club, saya bagikan tulisan ini. Hmmm, sebagai penulis, pelayanan prima apa ya yang semestinya saya berikan? Dan, kepada siapa pelayanan prima saya unjukkan? Secara khusus, pertanyaan ini saya ajukan kepada diri saya sendiri bertautan dengan judul 7 Steps of Writing Coaching.

Selain akan saya terbitkan sendiri di penerbit milik saya, ada kemungkinan pula naskah akan saya tawarkan kepada penerbit lain yang berskala nasional, entah di grup Gramedia, grup Agromedia, atau grup Tiga Serangkai. Sedang saya timbang-timbang penerbit mana yang lebih luas menjangkau pembaca.

Writing Coaching Hanya untuk Penulis Besar

WCR writeSupaya tahu, writing coaching memang sangat bisa membantu penulis besar, atau siapa pun yang mau jadi penulis besar, atau siapa pun yang bermimpi besar. Selain itu tidak.

 

“Mas, saya minta di-coaching menulis dong,” pinta seseorang di seberang pesan gawai.

Untuk apa?

“Ya biar bisa nulis aja,” jawabnya.

Emang mau nulis apa to?

“Ya nulis artikel apa cerpen gitu,” sahutnya.

Oh, kalau begitu, anda tidak butuh coaching.

“Lho…?”