
Uskup Larantuka Mgr Frans Kopong, sedang menghampiri siswi-siswi SMK Pariwisata dan Kelautan Ancop di asrama mereka di Likotuden. Sekolah ini baru berdiri tahun ini.
Berjuluk “sripaholic” (Jw, sripah: kematian), lama-lama saya mulai mencermati tanda-tanda kematian. Juga membaca mana kematian yang pantas dirayakan dan mana kematian yang berujung batu kutukan.
Tidak. Kali ini tidak tentang kematian manusia melainkan kematian organisasi. Tentu, ada manusia di organisasi. Tentu, kematian organisasi tak lepas dari kematian manusianya. Sebab, organisasi hanya ada jika ada manusia di dalamnya, yang menggerakkannya, dan yang kemudian menghentikannya.