Setiap diminta menulis tentang peran De Britto dalam kehidupan dan profesi saya, rasa canggung selalu menyertai. Bukan saja karena terlalu banyak hal bisa saya ceritakan, namun karena saya mesti memilih sesuatu yang berbeda yang belum pernah saya tulis sebelumnya. Ya, karena saya sudah banyak menulis tentang “saya dan De Britto” di berbagai kesempatan dan banyak media. Saya tidak ingin mengulang—karena itu pasti menyebalkan bagi pembaca.
Saya pun tak kalah sebal karenanya! De Britto memang menyebalkan dalam hal seperti ini. Bagi saya.
Kali ini, berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya mau bercerita tentang apa saja yang sangat menyebalkan dari De Britto.
-
Man for others
Semboyan ini sangat hidup di De Britto. Seperti pokok ajaran, setiap pribadi menghayati nilai ini sebagai keberanian untuk melepaskan kemelekatan (sacra indifferentia) kita pada sesuatu demi orang lain. Tidak boleh egois, yakni fokus untuk diri sendiri, melainkan mesti altruis, yakni menyediakan diri untuk orang lain.