Facebook menghalang-halangi saya. Saya nggak bisa lagi masuk ke akun saya sebagai “CoachWriter Kunto”. Saatnya sudah tiba. Seperti […]
Balik Nama
Salah Ahok!
Mereka teriak-teriak terjebak macet panjang dan lama di tol Brebes. Lagi-lagi mereka menuding pemerintah tak becus bekerja. Saya […]
Kelola Pengetahuan
Pagi ini saya ada pekerjaan di Semarang. Sebuah BUMN meminta saya meng-capture sosok dan kinerja seorang karyawan. Sebentar lagi karyawan itu pensiun. Ilmu berharganya perlu diturunkan kepada pengganti-penggantinya dalam rupa buku.
Mengingat Mas Handoko Wignjowargo sedang kesripahan adik kandungnya, Mas Yoyok, saya berangkat lebih awal supaya bisa melayat. Dan semalam saya tiba di rumah duka Tiong Hoa Ie Wan ketika acara hari itu sudah selesai. Tamu sedang makan malam, dan satu per satu pulang.
Beruntung saya datang malam. Bisa ngobrol panjang dengan Mas Han. Walau sedang berduka, Mas Han tak larut dalam obrolan seputar kematian. Kakak kelas 13 tahun di atas saya di SMA Kolese De Britto ini tak pernah kehabisan cerita. Ada saja kisah seru yang menjadikan obrolan semakin hangat dan seru. Di rumah duka ia pun berbagi suka.
Kena Deh
Geli sendiri. Dulu antipati, sekarang jadi penyelenggara.
Ogah tunduk, saya tak ikut Opspek. Atribut aneh-aneh yang dipersyaratkan waktu itu penyebab awalnya. Perlawanan saya bukan perlawanan ideologis semula. Hanya perkara hitung-hitungan yang tidak ketemu nalar.
Tugas hari pertama sejatinya sudah mau saya bikin bareng beberapa teman. Seorang teman perempuan telah terlebih dulu belanja kebutuhan yang dipersyaratkan. Ribet bikinnya. Tak jelas apa tujuannya. Dan, yang mencengangkan saya waktu itu, jika pengeluaran hari pertama dikalikan empat sesuai dengan jadwal opspek, secara keseluruhan saya harus mengeluarkan uang senilai separo rupiah untuk membayar SPP satu semester. Blaik.
Siapa Berkuasa
Jika dituruti, jalanan bikin emosi. Jika dialihkan, emosi bisa jadi energi yang menyehatkan.
Siang terik di perempatan Denggung. Tadi. Gerombolan pemotor berknalpot buntung sedang berhambur dari lapangan kabupaten. Suaranya memekakkan telinga. Aksi mereka pun tak mengundang simpati.
Polisi ditemani pentolan gerombolan sibuk di tengah jalan. Niat mereka mengatur lalu lintas. Macet di mana-mana. Simpang empat itu pun mampat. Mungkin ada yang mengumpat.
Saat sedang gaduh, seorang pengendara berusaha menyerobot jalan. Ibu dan seorang putrinya berusaha menyeberang jalan yang ruwet. Mengenakan helm lengkap, ibu beranak terebut tak sabar mengantri.