Ada dua alasan kenapa saya enggan begadang.
Pertama, ngantukan. Apalagi terbuai angin malam, duduk sebentar saya sudah mengantuk. Jika toh sedang kumpul-kumpul, saya tidur lebih dulu. Bisa sambil duduk, bisa langsung merebah di mana pun.
Kedua, panggilan darurat. Tidur lebih awal kerap menyelamatkan saya ketika tengah malam atau dini hari ada permintaan donasi darah. Baik dari teman, dari petugas PMI, maupun dari orang tak dikenal.
Sebagai donor sukarela (donor adalah orangnya, donasi adalah aktivitasnya), saya memang menyediakan diri dihubungi setiap saat, lebih-lebih untuk kebutuhan darurat transfusi darah. Tidur awal kerap meluluskan saya saat ditanya petugas unit transfusi darah, “Sudah cukup istirahat, Mas?” Sudah! Lega ketika tensi darah normal dan kadar hemoglobin dinyatakan cukup.
Sebagai pemilik golongan darah AB, saya pernah membatasi aktivitas donasi darah hanya jika ada permintaan. Fakta bahwa pemilik golongan darah ini hanya sekira 1,5% dari populasi membuat saya dan teman-teman di Komunitas AB “hemat dan selektif”. Formulir untuk donor keluarga–istilah untuk donor panggilan–berwarna merah jambu saja yang saya isi.
Dalam perjalanan, saya beralih paham. Jika sudah 75 hari sejak pengambilan darah sebelumnya, saya berinisiatif pergi ke PMI. Jadi donor sukarela. Rutin donasi darah saya rasakan baik untuk kesehatan. Formulir untuk donor sukarela berwarna putih kerap saya isi akhirnya.
Kenapa tak menunggu panggilan saja? Bagaimana jika ada yang tiba-tiba membutuhkan? Saya percaya, hidup ada yang mengatur. Jika ada permintaan yang terpaksa saya tolak karena darah saya baru saja diambil, saya tak lagi sedih. Toh darah saya moga-moga sudah menolong saudara yang lain.
Prinsip saya, memberi ya memberi saja. Lebih-lebih memberi darah adalah memberi yang tak menjadi berkekurangan. Segera ada sel darah baru yang menggantikan.
Prinsip ini juga saya terapkan dalam menulis. Tuangkan semua ide tanpa takut kehabisan ide. Kenapa juga saya senang mengajar di kelas menulis? Karena selalu ada “sel ide baru” yang menggantikan.
@AAKuntoA
CoachWriter | solusiide.com