Lustrum XV Kolese de Britto: Merayakan Kecelakaan

Pendidikan, kata Romo Benny, Provinsial Serikat Jesus Indonesia, adalah karya kecelakaan Jesuit. Ignatius dan genknya tidak pernah mengangankan mendirikan kolese.

Mereka semula hanya mencanangkan “karya bergerak”. Saat bergerak itulah mereka terantuk situasi: perlu buka karya pendidikan.

SMA Kolese de Britto salah satu karya kecelakaan itu; satu dari delapan kolese di Indonesia. Sabtu, 19 Agustus 2023, kemarin kolese ini merayakan 75 tahun berdirinya. Dan saya menemukan cerita kecelakaan dalam perjalanan sekolah ini.

Adalah Romo Ageng, mantan Rektor Kolese de Britto, yang mengingatkan ini. Saya sebut mengingatkan karena cerita ini sudah termaktub dalam buku, salah satunya “Sekolah Gempa”.

Tahun 2006, Jogja digoncang gempa. Keluarga siswa-guru ada yang jadi korban. De Britto tidak libur. Sekolah tetap masuk. Pembelajaran dipindahkan dari kelas ke posko bantuan dan lorong rumah sakit.

Tahun 2010 Gunung Merapi meletus. Lagi, sekolah tidak libur. Malah difungsikan sebagai barak pengungsian. Siswa dan guru menjadi relawan: melayani para korban.

Sebagian siswa ada yang bimbang dalam situasi itu. Ingin pulang ke daerah masing-masing. Orang tua mengkhawatirkan keselamatan mereka.

Pada situasi seperti itu, siswa dihadapkan pada pilihan etis sekaligus eksistensialistis, “Kalau kamu pulang, tulisan ‘man for and with others’ di depan kelas itu kalian turunkan saja.” Urung pulang, mereka menemukan relevansi semboyan itu dalam peristiwa nyata.

Kecelakaan, berupa bencana alam, dan terbaru wabah Covid-19, membasuh kemanusiaan mereka, menjadikan sekolah ini punya alasan untuk tetap dan terus ada. Tidak semata-mata melahirkan kaum intelektual, melainkan insan yang peka terhadap sesama. Begitukah?

Dirgahayu @smakolesedebritto. Ad Maiorem Dei Gloriam.

@AAKuntoA | 21082023

#debritto

#kolesedebritto

#lustrumxvdebritto