Benar, gelar dan jabatan tak selalu mencerminkan isi kepala—apalagi isi hati.
Lebih dari setahun saya mengampu redaksi sebuah koran. Sesebentar itu pula saya menyiapkan portalnya. Sekaligus, ya menyelamatkan edisi cetak—yang sudah “senjakala” menurut seorang redaktur koran ibu kota—ya mengibarkan medium barunya.
Secara khusus, selain menjadi pemimpin redaksi, saya mengasuh rubrik inspirasi. Rubrik ini berisi esai-esai para penulis dengan semangat menggugah sesuatu, mencerahkan, dan oleh karenanya disajikan ringan. Beberapa bulan belakangan, karena redaktur pengampunya pensiun, saya didapuk menggantikan mengelola rubrik opini di halaman dalam. Oh ya, karena semangatnya, rubrik inspirasi ditampilkan di halaman depan, di atas berita utama.
Sebelum ini saya adalah penulis opini di media massa. Saat menulis, dan mengirimkan ke redaksi media massa, yang ada dalam benak saya adalah selera redakturnya. Maka penting bagi saya mengenali redaktur media massa demi memastikan tulisan saya dimuat. Mengenali berarti memahami topik apa yang paling besar peluangnya dimuat, gaya bahasa seperti apa yang disukai, serta pantangan apa yang diemohi.