Blog

Akal Sehat, Kritisi Aturan

Benar dulu baru mengatur

Benar dulu baru mengatur

Satu-satunya prinsip yang saya pegang ketika berkendara di jalan adalah “utamakan keselamatan”. Keselamatan saya, keselamatan orang lain.

Bagaimana dengan rambu-rambu? Tidak semua saya patuhi. Akal sehat lebih saya kedepankan. Seperti pada tengah malam seperti ini. Umumnya persimpangan jalan sudah sepi. Jika aman, lampu merah saya terabas.

Sering Ditolak, Agen Literasi Seperti Agen Asuransi

Teknologi sudah berganti; ada yang sejak zaman itu hanya ingin dan ingin...

Teknologi sudah berganti; ada yang sejak zaman itu hanya ingin dan ingin…

Akhirnya saya tahu persamaan menulis dan asuransi. Lebih spesifik lagi nanti saya ungkap persamaan memasarkan pelatihan menulis dan memasarkan produk asuransi. Kalau boleh disebut sih persamaan agen literasi dan agen asuransi. Nah!

 

Mau menulis tapi tidak sekarang

Sebagai pengajar menulis, saya kerap mendapatkan tanggapan seperti ini:

“Mas, sebenarnya saya pengen belajar menulis. Tapi nggak punya ide dan nggak punya waktu.”

Ada Tembok!

Kerap, dalam berbagai kegiatan pelatihan menulis, yang mengundang saya sebagai pembicara, muncul pertanyaan begini, “Apakah harus diketik di komputer?”

Menjawab “ya” atau “tidak” saja tidaklah bermanfaat. Begitu pikir saya. Tugas saya sebagai pelatih (coach) menulis bukanlah semata menjawab pertanyaan peserta. Saya bukan baby sitter yang bertugas menyuapi bayi yang saya ikat erat dalam dekapan selendang gendongan. Pun, bagi saya, para peserta bukanlah bayi yang tak bisa apa-apa, yang minta dicekoki.

Namun, di sinilah letak tantangannya. Inilah wajah pendidikan di negeri ini. Terbiasa didikte di sekolah, dengan peran guru sangat sentral sebagai sumber pengetahuan, dengan peran murid sebagai sebagai objek pengetahuan yang harus patuh, pertanyaan yang mencuat begitu dangkal.