Kerap, dalam berbagai kegiatan pelatihan menulis, yang mengundang saya sebagai pembicara, muncul pertanyaan begini, “Apakah harus diketik di komputer?”
Menjawab “ya” atau “tidak” saja tidaklah bermanfaat. Begitu pikir saya. Tugas saya sebagai pelatih (coach) menulis bukanlah semata menjawab pertanyaan peserta. Saya bukan baby sitter yang bertugas menyuapi bayi yang saya ikat erat dalam dekapan selendang gendongan. Pun, bagi saya, para peserta bukanlah bayi yang tak bisa apa-apa, yang minta dicekoki.
Namun, di sinilah letak tantangannya. Inilah wajah pendidikan di negeri ini. Terbiasa didikte di sekolah, dengan peran guru sangat sentral sebagai sumber pengetahuan, dengan peran murid sebagai sebagai objek pengetahuan yang harus patuh, pertanyaan yang mencuat begitu dangkal.