Blog

Sering Ditolak, Agen Literasi Seperti Agen Asuransi

Teknologi sudah berganti; ada yang sejak zaman itu hanya ingin dan ingin...

Teknologi sudah berganti; ada yang sejak zaman itu hanya ingin dan ingin…

Akhirnya saya tahu persamaan menulis dan asuransi. Lebih spesifik lagi nanti saya ungkap persamaan memasarkan pelatihan menulis dan memasarkan produk asuransi. Kalau boleh disebut sih persamaan agen literasi dan agen asuransi. Nah!

 

Mau menulis tapi tidak sekarang

Sebagai pengajar menulis, saya kerap mendapatkan tanggapan seperti ini:

“Mas, sebenarnya saya pengen belajar menulis. Tapi nggak punya ide dan nggak punya waktu.”

Mengapa Menulis Perlu Undur Diri?

170131 Undur DiriSetiap #tulisan menyimpan cerita. Cerita yang terutama adalah tentang penulisnya. Ya, di balik tulisan apa pun ada pergulatan #penulis. Jika kemudian terhidang tulisan lezat di layar bacamu, bisa jadi tulisan itu diolah dari dapur yang berantakan, yang kokinya berpeluh keringat dan bau kecut.

Maka, banyak penulis yang tak mengizinkan dapurnya dimasuki. Mereka tak mau bumbu-bumbu rahasianya terkuak. Mereka takut resepnya dijiplak. Atau, mereka malu ketahuan jorok. Jaim, jaga image.

Hantu Toko, Ketika Toko Buku Berhantu

Hantu Toko BukuSebagai generasi peralihan, buku cetak masih saya santap. Seperti belum makan nasi kalau belum membaca buku cetak. Teks digital yang berlimpah, meski lezat juga, tapi tak mengenyangkan. Dasar!

Maka, berkunjung ke toko buku, menjebol plastik pembungkus buku, menyibak halaman demi halaman, ‘menimbang’ bobot nilai dan berat fisik, membayar tunai di kasir, dan membungkus pulang dengan tas plastik tak ramah lingkungan adalah ritual yang jika tak ditempuh setiap bagiannya rasanya lebih berdosa daripada tidur di gereja tatkala kotbah pastor menjemukan. Ah, lebay!

Kali ini saya singgah ke Gramedia MBG, Bali. Bukan untuk ngecek buku karya saya atau terbitan penerbit saya–karena sudah empat tahun tak lagi menjual buku lewat toko buku, melainkan untuk membungkus buku bagus karya penulis dan penerbit tangguh. Masih banyakkah buku bagus? Banyak sih tidak. Ada.

Menulis Bukan Hobi Saya

Menulis bukan hobi saya“Mas, ikut di kepengurusan asosiasi ya…,” ajak seorang teman pengusaha.

Siap, Pak. Apa kontribusi yang bisa saya berikan?

“Ya sesuai dengan pekerjaan Mas Kunto: humas,” terangnya.

Persisnya, humas seperti apakah yang dimaksud?

“Ya yang ngisi website, undang wartawan dalam konferensi pers, dan bikin press release,” lanjutnya.

Tidak. Saya menolak.

Hukuman Hidup untuk yang Nggak Ngapa-ngapain

Hukuman untuk yang nggak ngapa-ngapainKotak pesan saya bergetar. Usai menyantap pepaya, dan menyerutup teh tawar hangat, saya redakan getaran itu.

“Kun, kenapa dia kamu keluarkan dari grup Penulis DOKUDOKU.ID?”

Karena dia nggak ngapa-ngapain di grup kita.

“Silent reader, boleh kan?”

Boleh. Kan kalau lagi baca memang sebaiknya “silent”. Yang nggak boleh itu jadi silent writer.

“Lho, kalau lagi nulis kan sebaiknya juga silent?” balasnya, membalik becandaan saya.

Iya, yang penting ngirim tulisan. Nah, kalau ngirim tulisan aja nggak, artinya dia nggak ngapa-ngapain. Kalau nggak ngapa-ngapain ngapain dia di sini?