Blog

Celana Dalam

Bercelana dalam, kami diminta lari ke lapangan. Nyawa belum terkumpul di subuh yang masih gulita. Tidur baru saja pulas di atas lembaran koran di kelas yang tak berpintu tak berjendela. Dingin tak terkatakan untuk kami yang biasa berkemul selimut di kamar yang tertutup rapat.

Di lapangan, kami disuruh bergulung-gulung di atas rumput yang sedang deras diguyur embun. Tubuh kami lengket oleh rumput yang terlindas. Gelap. Tak saling kami lihat empunya kawan. Milik sendiri saja tak tampak.

Belum tuntas tubuh ini menggigil, satu per satu kami dipanggil maju. Segayung air diguyurkan di kepala kami. Selangkah ke kanan sehelai kain merah dan putih dijulurkan ke wajah kami. Kami pun mencium bendera kebangsaan itu dengan syahdu.

Incoming search terms:

  • kolese de britto di mata saya