Odessa nama kota kecil di Ukraina. Hanya ada di peta, di angan-angan. Agus Sriyono bercita-cita ke sana. Kala itu, 1974, ia masih SMA. Kelas 2 di De Britto. Orangtuanya, yang tinggal di Magelang, tak berpunya. Untuk sekolah saja, sang nenek yang tinggal di Sanden, Bantul, tiap 3 bulan, menjual hasil panenannya untuk membantu sang cucu membayar uang sekolah. Untuk tinggal, ia menumpang di rumah orang.
Odessa dan Magelang sama-sama kota kecil di dalam peta. Tapi tidak dalam diri Agus Sriyono. Di Jogja, ia mendekatkan kedua kota itu. Ia menulis sebuah cerpen berjudul “Odessa” yang berkisah tentang seorang penjahat kriminal yang dikejar-kejar aparat. Lari, penjahat kriminal itu tersembunyi di Odesa. Kala itu, Ukraina masih masuk wilayah Uni Soviet.
Cerpen itu dimuat di Majalah FREE, majalah kebanggaan De Britto kala itu. “FREE mengusung semangat kebebasan,” terang Agus Sriyono. Semangat itu yang ia tangkap dan wujudkan ke dalam cerita. Ia bebas berimajinasi, bebas bermimpi.
30 tahun sesudah menulis cerpen itu, Agus Sriyono menginjakkan kakinya di Odessa. Bukan sebagai pelancong melainkan sebagai Wakil Duta Besar RI untuk Rusia. Odessa bukan lagi wilayah Uni Soviet, melainkan sudah bergabung ke dalam Republik Federasi Rusia. Odessa dalam cerpennya telah menyata.